Senin, 29 Oktober 2012

SIDAK dan MARTABAK

29 Oktober 2012
Ini cerita tentang LUPA yg membawa Bencana bisa juga membawa bahagia . #bingung kan? Sama#. Ceritanya berawal dari jam 07.00-07.30 di hari senin yang sibuk, hehehe sok sibuk. Sambil menyeterika pakaian yang menumpuk diriku mondar-mandir tidak jelas di depan TV yang lagi menayangkan Spongebob, biasalah hiburan pagi ala anak TK #sok unyuuu# lagi nunggu wangsit panggilan alam menuju ke Water Closed alias WC dan sembari berpikir gimana nih cucian yang memumpuk menuntut untuk dicuci dan yang dah kering pengen dilipat, pusing....
Tiba-tiba ditengah aktivitas yang ngga jelas itu hape ku berbunyi “tring...tring... “ #eh ngga gitu ding bunyinya kek apa yah? Akh nda penting yang penting hpnya bunyi#
“yah hallo, assalamu alaikum, kenapa ki kak?”
“sudah mi ki mandi, nun?”
“oh iye, kenapa ki kak? Mau mi ki pergi kampus?” sementara diriku masih kasak-kusuk dengan seterikaan dan muka yang belum di bedakin, melirik jam dinding jarumnya bertengger di pukul 08.00 #pagi banget booo, tumben#.
“oh iye, kalau begitu tungguma di rumah ta, saya jemput ki takkala (mumpung) keluar rumah ma, oke?”
“oke kak saya tunggu”, klik. Selepas menutup pembicaraan langsung kabuuuurrr menuju WC, panggilan alam, sambil cuci muka yang kucel, buru-buru di sabuni berharap bisa kinclok meski Cuma tinggal harapan.
Maka dalam kesibukan yang luar biasa #sengaja dihebohkan biar dramatis#. Pakaian, bajunya dah diseterika ok, eh roknya belum, aduh roknya mana lagi? Oh now belum di lurusin, eh jilbabnya juga, oh oh gawat warnanya rupanya nda cocok sama baju. Terjadilah 1 time any works that are: menyeterika rok, bereskan buku-buku yang akan dibawa, laptop masih di atas kasur, eh jangan lupa alat sholat plus al-qur’annya #lagi belajar back to nature, sok alim# plus tepuk-tepuk spon bertabur bedak ke wajah, aduh ribetnya jadi perempuan.
Ditengah kesibukan yang sedemikian rupa si HaPe bernyanyi lagi, wah panggilan dari kak May lagi, pasti dah ada depan rumah sakit neh, biasa tempat nongkrong terbaik untuk menanti diriku yang selalu merepotkan dirinya #makasih n maaf yah kak#.
 Wah ada sms “ada ma di depan”
Langsung ku balas “tunggu sebentar kak”
Oke stelah sekitar yah 15 menitlah #versiku# akhirnya selesai juga, oke mari kita bersenandung sebuah lagu “sayonara....sayonara...” hehehe salah. Berpamitan dengan bapak dan tante yang lagi sibuk di lantai 1 mengurusi member mini marketnya #hope#. Singkat cerita melajulah kita menuju Kampus Merah di Kota Daeng tercinta diiringi dengan segala macam cerita yang tiada putusnya #itu mah diriku aja yang ngga bisa berhenti ngomong, kak May ikut arus aja#.
Di kampus menghadiri 2 seminar, “Pikachu” Lisha dan solmetnya #gossippp nih# Ichal. Dasar anak-anak yang kelebihan terpelajar dan sudah khatam etika plus otaknya encer banget, saking encernya tidak ada yang tersisa hehehe, cuman bisa bertahan untuk serius di jam-jam pertama selanjutnya jangan ditanyakan lagi. Dara dan daeng yang malebbi (bhs Bugis: anggun,berkharisma, apalg yah artinya?) plus sombere (bhs Makassar: ramah) semua ini tidak bisa lagi memendam hasrat untuk menyalurkan hobi barunya yaitu bergosssip ria sambil baku calla (saling menghina dengan canda). Akhirnya jadilah suasana seminar yang ramai, bukan karena si Pikachu yang hari ini kelihatan WOW atau karena si Ical judul tesisnya yang gimana gitu, serasa kita lagi di rumah sakit Ibnu Sina tapi lebih kepada tidak ada lagi yang serius memperhatikan dan dengan sopannya cekikikan di depan para dosen yang terhormat #maafkan mahasiswa n mahasiswi mu yang unyu dan polos ini bu/pak dosen#.
Ceritanya dipendekin lagi, intinya seharian ini kita-kita para mahasiswa (diriku “Ni Chan “, Pikachu “Lisha”, tkg.sulap “Zul”, mata Panda “Faris” dan si Ical, plus kak Maya yang sibuk berbicara masalah “ORG TUA” ma kak Ker) yang tersanjung #tersanjung aja soalnya terpelajar ngga cocok, terhormat wah ketinggian#, hanya sibuk saling melempar joke, sementara para dosen tidak mau ambil pusing, mungkin memaklumi otak-otak para anak didiknya yang mulai mengGILA diakibatkan “kenapa harus diteliti?, kalau tidak diteliti kenapa? Apa yang khas dari penelitianmu? Dan apa manfaat penelitiannya kedepan?” yang paling penting adalah “BULAN FEBRUARI 2012 sudah mulai bayar SPP lagi.....panic...panic....warning....#anda mengerti paragraf ini?ini paragraf curcol mahasiswa Pasca yang mengGALAU menuju GELO, harap maklum#. Kayaknya kelebihan tertawa deh 1 harian ini, naga-naganya mau ada sesuatu yang kurang baik, biasanya #menurut NENEK MOYANG#.
Setelah menyepakati kesepakatan yang tidak jelas, karena hanya bilang “besok yah....” akhirnya kita semua berpisah tanpa menitihkan air mata di parkiran mobil kampus tercinta. Sambil ber dahdah ria bernyanyi “sayo...nara..sayo..nara...’ #lagunya sdh pas#.
Sampai di rumah langsung menuju dapur karena Mom, Sister and Aunty lg sibuk membuat abon-abon sapi, maklum baru aja lebaran Idul Adha (daging kurban). Belum lagi bercerita eh sudah dikasih kabar tidak menyenangkan.
“ketawa mi ko dulu, sebentar ada bapak na marahi ko. Hampir bede mu bakar ini rumah,”kata my sister.
“maksudnya?kenapa bisa diriku membakar rumah? Padahal diriku baru aja berpulang dari kampus, hehehe,” jawabku merasa tidak berdosa #memang tidak merasa kok#.
“kamu yang menyeterika tapi tidak dicabut colokannya? Terpasang terus itu seteriakaan di stop kontak, hangus mi itu tempat seterikaan sedikit lagi meledak dan terbakar rumah, marah sekali bapak karena dia yang dapati itu seterikaan hangus”, jelas ibu panjang lebar.
 “Astagfirullah, masa? Kayaknya bukan saya atau bisa jadi saya tapi lupa meka bela, hehehe”, masih sok cool.
 “Nassami kamu lupa, kalau kamu ingat pasti sudah di cabut colokannya, astaga pikun..pikun...”, jawab ibuku disambung tawa Sister and Aunty.
Oh yah?masa seh saya lupa? Persaan tidak deh. Akh pasrah saja, pastinya saya juga dimarahi secara saya tadi yang dilihat menyeterika baju dinasanya bapak. Maka terjadilah SIDANG secara terbuka tapi bukan untuk umum #terbuka karena di ruang tengah tapi khusus untuk MOM, DAD dan pastinya ME sebagai tertuduh#.
Dimulailah sesi dibacakannya kesalahan plus dikenai hukuman (dinyanyikan eh dimarahi). Berceritalah pak Hakim sekaligus Jaksa penuntut umum he is my DAD, sementara my MOM ngga jelas posisinya apakah Pembela atau Juri atau Saksi atau Penonton yang biasanya bikin sidang ricuh dan bersorak Huuuuhuuuu....
“kamu itu pergi-pergi tidak cabut seterika, dicolok terus. Apami kalau tadi kebakaran? Habis mi ini rumah sementara tantemu di bawah tidak tau kalau seterika di atas tidak di cabut pi. Bagaimana itu caramu? Coba mi bayangkan kalau tadi terbakar rumah ta, habis mi semua ini, dimana mi ki mau tinggal? Nanti kita pergi mi mengemis di pinggir jalan, minta dikasihani terus orang-orang hina mi ki, malu ki ini,”
Wah wah mulai deh penyakit Lebaynya mumcul, biasalah parno orang tua #someday kau pun akan merasakan beratnya derita menjadi orang tua Ni Chan, apalagi menghadapi anak kayak dirimu yang menyebalkan, sok imut dan pikun”. Akhirnya di tengah kemurkaan DAD sy jadi membayangkan kronologis tuntutan ini, kalau di sketsakan mungkin jadinya kayak gini kali (liat gambar bawah).
“terus itu di lantai 2, eh ehe itu kayak kapal pecah, kenapa cuciannya belum beres-beres. Saya masuk semua kamarnya tidak ada yang beres. Tempat tidurnya berantakan, eh pakaiannya dimana-mana, ada lagi baju kotor nampang di depan wc mu. Dua-duanya begitu, kalau pagi-pagi bangun bersihkan tempat tidur, pakaian masukkan keranjang cuci, gosok wc, dan bla...bla..bla...” lupa lagi apa yang dituduhkan DAD ke diriku yang tak berdosa ini #aslinya tidak mengaku berdosa hihihi#.
Wah fitnes iki, eh salah Fitnah lebih heboh daripada agnes monica. “Sapa yang berkata demikian? tempat tidurnya sudah rapi, hanya ada boneka yang tidak tau atur posisinya sendiri #ngelesss# masalah pakaian wah kayaknya itu efek buru-buru tadi, lagian itu pakaian kotor nanti juga dibereskan,”pembelaan diriku dengan tampak masih cool, sambil mengerlingkan mata “ting..” kayak bang Jaja Miharja.
“alah itu jangan banyak alasan, itu namanya K.E.M.A.L.A.S.A.N. #ditekan, di tulis pake spidol paling besar, di garis merah trus di Stabilo, masih ingin ko???# bagaimana kalau kamu sudah berumah tangga yang punya banyak urusan dan hal-hal lain yang harus dipikirkan dan bla..bla..bla..” di sensor karena ini ujung-ujungnya petuah bagaimana menghadapi kehidupan bahterah rumah tangga yang pasang surut, ceile...#sebenarnya tujuannya bagus, tapi dasar anak madoraka tidak bisa di kasih tau, bikin kesal melulu, maafkan diriku#. Maunya ku jadi si Omes dalam iklan XL nya dan bilang “Ciyus....Miyapa?” hehehehe
Lucunya dalam kemurkahan DAD ini, si MOM yang tadinya cuman jadi penonton tiba-tiba jadi rusuh, pasalnya kalau DAD marah selalu ada kalimat yang terulang-ulang, namanya orang marah yah terserah dia lah. Terjadilah pembicaraan kayak gini:
DAD   : “coba bayangkan kalau rumah ini terbakar, mau tinggal dimana kita, malu ini-malu. Apa kita harus mengemis di jalanan?”
MOM dengan santai dan nada datar menanggapi, meski bukan dia yang ditanya #yang ditanya pura-pura gila, it’s ME# : “yah tidak akan malu juga, makanya jangan pergi minta-minta di jalanan”.
Masih mengomel, tidak peduli comment MOM : “itu juga baju kotormu, kalau memang belum mau dicuci jangan dipamerkan di depan pintu WC, kasih masuk kek dikeranjang cucianmu!”
Lagi-lagi MOM comment (kayak di FB, biasa yg penting ikut koment status org biar eksis) : “iya kalau tidak ada keranjang cucian mu lempar saja di keranjang sampah dekat mesin cuci sana”.
 Pada puncaknya tapi belum klimaks selaku Tertuduh diriku cuman bisa manggut-manggut apa lagi DAD dah bilang “kalau melakukan sesuatu dan mau kemana-mana ingat Allah dong”, tidak ada perdebatan lagi (1. Menyangkut Allah swt dan 2. Nambah dosa berdebat ma ORTU).
Tapi pembaca sekalian apakah klimaks dari ini semua? Apakah diriku akan murung dan mengurung diri merenungi dosa dan khilafku? Atau.... hal lain terjadi. Si DAD masih ngomel terus “jangan suka jajan di luar rumah, makan saja yang ada di rumah, dasar anak-anak tidak tau susah” tegurnya saat melihatku ke luar rumah. Siapa juga yang mau beli bakso dan kawan-kawan, orang mau beli pulsa, ceile sensi nie #ini dalam hati loh, takut kualat#. Eh tau-tau dirinya (DAD) yang keluar rumah katanya mau beli air gelas 2 dos.
Pembaca yang sabar, endingnya ini tidak terduga, si DAD pulang-pulang bawa 2 bungkus Martabak Telor yang Istimewa. Maka dipanggilnya 2 biji eh bukan 2 orang PUTRI Manisnya #sok manis# untuk makan martabak... “hore...seru juga setalah diSIDAK dan diSIDANG tanpa pengacara kita diberi makan martabak, segera ku sambut dengan suka cita dan membuat segelas MILO Hangat, wah nikmatnya hidup kalau begini, tau saja kalau diriku Lapar”.


Terima kasih yah my DAD, selalu menjaga dan menyadari bahwa kini putrinya bukan anak-anak lagi meski kelakuan masih minus signifikan dengan ke-Pikunan putrinya yang kadang akut, tapi jauh dari itu semua tidak ada orang tua yang memarahi anaknya karena benci, semuanya adalah bentuk CINTAnya yang diungkapkan dengan cara yang kadang si anak tidak bisa mengerti.
Terima kasih untuk moment belajarnya hari ini. Semoga Allah swt selalu Menjagamu dan meRidhoi segala upayamu dalam menjaga Keluarga Kecilmu ini, Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar