Senin, 07 Januari 2013

Catatan Senin 07012013

jam sdh menunjukkan pukul 19.30 ditengah pembicaraan sebuah panggilan masuk, IBU nama yang tersimpan untuk nomor itu. Terjadilah percakapan berikut:

Mom: "hallo dimana?"
Ni: "di M'tos"
Mom: "kenapa lama sekali? dari tadi di M'tos. pergi nonton yah?"
Ni: "ah tidak, sapa yang bilang?"
Mom: "tadi si Nen yg bilang, pergi nonton Habibie-Ainun"
Ni: "hahaha..td cuman bilang di sini ada jg Habibie-Ainun, bukan mau nonton"
Mom: "trus bikin apa? sama siapa di situ?"
Ni: "lagi tunggu hujan redah, jalanan jg macet...ehm...sama....*melirik ke kanan, clink* sama teman *xixixix ketawa dalam hati*"
Mom: "oh sama si .....(sensor,kyk di film-film :) )? kapan pulang dah isya, nanti kepalanya sakit lagi"
Ni: "akh bukan, sama teman-teman dari kampu. sholatnya di mushallah sini tadi, pulangnya nanti setelah hujannya redah"
Mom: "iya, cepat pulang, hati-hati"
Ni: "ok"

20.30 WITA...wah kayaknya sudah mulai redah, pulang...sudah malam (ukuran anak Teknik sih sebenarnya masih siang, tapi secara kita Wanita boo...hehehe, tumben)
Melajulah motor membelah jalan AP.Pettarani menuju Butta Gowa (semoga tidak banjir dan macet) dengan seribu satu pembahasan yang entah nyambung atau tidak dengan si Peng"ojek" (maaf kan aku...kakak...)
sampai depan gerbang jalan lingkungan - rumah

Ni: "sampai di sini saja, sudah malam"
Tkg.ojek: "alah..sy selalu bilangi org tidak baik kalau antar cewek cuman sampai depan lorongnya, sekalian antar sampai depan rumah, kenapa kah?"
Ni: "hehehe sengaja yah? mau eksis aja. sudah sampai, cepat pulang nanti ditangkap ki lagi, panjang lagi cerita hehehe"
Tkg.ojek: " yups, makasih...ingat 4 hari yah!"
Ni: "oke 4 hari, tolong matikan HP ta kalau malam, jgn jawab sms, tlpon dan saling comment di FB atau twitter"
Tkg.ojek: "oke...sampai ketemu hari jum'at lagi, harus sudah selesai, bisa?"
Ni: "yah..yah...pulang mi ki....hati-hati dan terima kasih"
Tkg.ojek: "yoo" dan secepat mungkin berlalu, tidak ingat jg berlalu modelnya kayak apa, habis lupa nengok sih,,,

asaalamu alaikum...dengan pura-pura gila dan bersikap sok cool
Mom: "bawa apa tuh?" biasa kalau habis jalan-jalan biasanya bawa cemilan...cepuluh....cebelas...
Ni: "tidak bawa apa2, tidak beli apa2, tadi cuman cari buku, tapi tidak ada buku yg mau kita baca"
Mom: "kalau tidak ada yah sudah"
Dad: "tadi waktu hujan, dimana?"
Ni: "di M'tos..."
Dad: "sudah beli payung?"
Ni: (gazwat lupa...tapi yang di sana kan aga mahal) belum di sana mahal?"
Dad: "memang kalau cari di sana pasti mahal, makanya ke pasar"
Mom: "terus kemana saja? setelah dari kampus?"
Ni: " ke pasca urus persuratan, dicicil. ketemu SJ di bengkel depan kampus, biasa menganggu anaknya orang, terus ke M'tos"
Mom: " Si ..... (sensor lg, mengarah pada tkg.ojek) sudah datang dari kampungnya? sdh tanya masalah kain?
Ni: "iya sudah datang...tadi sama2 ke kampus," (ups...keceplosan hehehe)
Mom: "jadi tadi perginya sama si ..... (sensor againt), yang antar pulang juga? artinya tadi nonton dong, pantas lama"
Ni: (jurus menangkis bayangan) " katanya mamanya si tkg.ojek, bikin polanya dulu baru ukur supaya tau berapa meter kain yg dipakai"  (jawaban penyangkalan)
Mom: "oh begitu, tadinya sy juga berpikir begitu untuk bikin polanya (pembicaraab mulai nyambung, pembaca yg bingung, what the topic??? dan tiba-tiba beralih lagi) jadi tadi sama si tkg.ojek? jadi besok kampus lagi?"
Ni: "tidak lagi off...sampai jum'at, mau mengetik tesis...biar bisa rampung"
Mom: " jangan begadang, ingat kepalanya"
Dad: "iya, nanti sakit lagi, jangan dipaksakan"
Ni: " iya, sedikit lagi" sambil tersenyum kecil ditengah kepusingan krn ketikan dan kePusingan yg nyata pada kepala, oh my head, my brain...Tuhan silahkan beri ujian agar hambaMu semakin sabar, semakin kuat dan semakin mengenalMu. Kemudian membalas sebuah sms yang dari tadi tidak nyambung antara XL-Telkomsel :) :) :)

Terima kasih untuk 1/2 hari dan 1/2 malam-nya...
"5cm di depan mata kita, percayalah semua berawal dari mimpi dan hanya hati yang lebih keras dari baja yang mampu meraih mimpi itu"

Senin, 29 Oktober 2012

SIDAK dan MARTABAK

29 Oktober 2012
Ini cerita tentang LUPA yg membawa Bencana bisa juga membawa bahagia . #bingung kan? Sama#. Ceritanya berawal dari jam 07.00-07.30 di hari senin yang sibuk, hehehe sok sibuk. Sambil menyeterika pakaian yang menumpuk diriku mondar-mandir tidak jelas di depan TV yang lagi menayangkan Spongebob, biasalah hiburan pagi ala anak TK #sok unyuuu# lagi nunggu wangsit panggilan alam menuju ke Water Closed alias WC dan sembari berpikir gimana nih cucian yang memumpuk menuntut untuk dicuci dan yang dah kering pengen dilipat, pusing....
Tiba-tiba ditengah aktivitas yang ngga jelas itu hape ku berbunyi “tring...tring... “ #eh ngga gitu ding bunyinya kek apa yah? Akh nda penting yang penting hpnya bunyi#
“yah hallo, assalamu alaikum, kenapa ki kak?”
“sudah mi ki mandi, nun?”
“oh iye, kenapa ki kak? Mau mi ki pergi kampus?” sementara diriku masih kasak-kusuk dengan seterikaan dan muka yang belum di bedakin, melirik jam dinding jarumnya bertengger di pukul 08.00 #pagi banget booo, tumben#.
“oh iye, kalau begitu tungguma di rumah ta, saya jemput ki takkala (mumpung) keluar rumah ma, oke?”
“oke kak saya tunggu”, klik. Selepas menutup pembicaraan langsung kabuuuurrr menuju WC, panggilan alam, sambil cuci muka yang kucel, buru-buru di sabuni berharap bisa kinclok meski Cuma tinggal harapan.
Maka dalam kesibukan yang luar biasa #sengaja dihebohkan biar dramatis#. Pakaian, bajunya dah diseterika ok, eh roknya belum, aduh roknya mana lagi? Oh now belum di lurusin, eh jilbabnya juga, oh oh gawat warnanya rupanya nda cocok sama baju. Terjadilah 1 time any works that are: menyeterika rok, bereskan buku-buku yang akan dibawa, laptop masih di atas kasur, eh jangan lupa alat sholat plus al-qur’annya #lagi belajar back to nature, sok alim# plus tepuk-tepuk spon bertabur bedak ke wajah, aduh ribetnya jadi perempuan.
Ditengah kesibukan yang sedemikian rupa si HaPe bernyanyi lagi, wah panggilan dari kak May lagi, pasti dah ada depan rumah sakit neh, biasa tempat nongkrong terbaik untuk menanti diriku yang selalu merepotkan dirinya #makasih n maaf yah kak#.
 Wah ada sms “ada ma di depan”
Langsung ku balas “tunggu sebentar kak”
Oke stelah sekitar yah 15 menitlah #versiku# akhirnya selesai juga, oke mari kita bersenandung sebuah lagu “sayonara....sayonara...” hehehe salah. Berpamitan dengan bapak dan tante yang lagi sibuk di lantai 1 mengurusi member mini marketnya #hope#. Singkat cerita melajulah kita menuju Kampus Merah di Kota Daeng tercinta diiringi dengan segala macam cerita yang tiada putusnya #itu mah diriku aja yang ngga bisa berhenti ngomong, kak May ikut arus aja#.
Di kampus menghadiri 2 seminar, “Pikachu” Lisha dan solmetnya #gossippp nih# Ichal. Dasar anak-anak yang kelebihan terpelajar dan sudah khatam etika plus otaknya encer banget, saking encernya tidak ada yang tersisa hehehe, cuman bisa bertahan untuk serius di jam-jam pertama selanjutnya jangan ditanyakan lagi. Dara dan daeng yang malebbi (bhs Bugis: anggun,berkharisma, apalg yah artinya?) plus sombere (bhs Makassar: ramah) semua ini tidak bisa lagi memendam hasrat untuk menyalurkan hobi barunya yaitu bergosssip ria sambil baku calla (saling menghina dengan canda). Akhirnya jadilah suasana seminar yang ramai, bukan karena si Pikachu yang hari ini kelihatan WOW atau karena si Ical judul tesisnya yang gimana gitu, serasa kita lagi di rumah sakit Ibnu Sina tapi lebih kepada tidak ada lagi yang serius memperhatikan dan dengan sopannya cekikikan di depan para dosen yang terhormat #maafkan mahasiswa n mahasiswi mu yang unyu dan polos ini bu/pak dosen#.
Ceritanya dipendekin lagi, intinya seharian ini kita-kita para mahasiswa (diriku “Ni Chan “, Pikachu “Lisha”, tkg.sulap “Zul”, mata Panda “Faris” dan si Ical, plus kak Maya yang sibuk berbicara masalah “ORG TUA” ma kak Ker) yang tersanjung #tersanjung aja soalnya terpelajar ngga cocok, terhormat wah ketinggian#, hanya sibuk saling melempar joke, sementara para dosen tidak mau ambil pusing, mungkin memaklumi otak-otak para anak didiknya yang mulai mengGILA diakibatkan “kenapa harus diteliti?, kalau tidak diteliti kenapa? Apa yang khas dari penelitianmu? Dan apa manfaat penelitiannya kedepan?” yang paling penting adalah “BULAN FEBRUARI 2012 sudah mulai bayar SPP lagi.....panic...panic....warning....#anda mengerti paragraf ini?ini paragraf curcol mahasiswa Pasca yang mengGALAU menuju GELO, harap maklum#. Kayaknya kelebihan tertawa deh 1 harian ini, naga-naganya mau ada sesuatu yang kurang baik, biasanya #menurut NENEK MOYANG#.
Setelah menyepakati kesepakatan yang tidak jelas, karena hanya bilang “besok yah....” akhirnya kita semua berpisah tanpa menitihkan air mata di parkiran mobil kampus tercinta. Sambil ber dahdah ria bernyanyi “sayo...nara..sayo..nara...’ #lagunya sdh pas#.
Sampai di rumah langsung menuju dapur karena Mom, Sister and Aunty lg sibuk membuat abon-abon sapi, maklum baru aja lebaran Idul Adha (daging kurban). Belum lagi bercerita eh sudah dikasih kabar tidak menyenangkan.
“ketawa mi ko dulu, sebentar ada bapak na marahi ko. Hampir bede mu bakar ini rumah,”kata my sister.
“maksudnya?kenapa bisa diriku membakar rumah? Padahal diriku baru aja berpulang dari kampus, hehehe,” jawabku merasa tidak berdosa #memang tidak merasa kok#.
“kamu yang menyeterika tapi tidak dicabut colokannya? Terpasang terus itu seteriakaan di stop kontak, hangus mi itu tempat seterikaan sedikit lagi meledak dan terbakar rumah, marah sekali bapak karena dia yang dapati itu seterikaan hangus”, jelas ibu panjang lebar.
 “Astagfirullah, masa? Kayaknya bukan saya atau bisa jadi saya tapi lupa meka bela, hehehe”, masih sok cool.
 “Nassami kamu lupa, kalau kamu ingat pasti sudah di cabut colokannya, astaga pikun..pikun...”, jawab ibuku disambung tawa Sister and Aunty.
Oh yah?masa seh saya lupa? Persaan tidak deh. Akh pasrah saja, pastinya saya juga dimarahi secara saya tadi yang dilihat menyeterika baju dinasanya bapak. Maka terjadilah SIDANG secara terbuka tapi bukan untuk umum #terbuka karena di ruang tengah tapi khusus untuk MOM, DAD dan pastinya ME sebagai tertuduh#.
Dimulailah sesi dibacakannya kesalahan plus dikenai hukuman (dinyanyikan eh dimarahi). Berceritalah pak Hakim sekaligus Jaksa penuntut umum he is my DAD, sementara my MOM ngga jelas posisinya apakah Pembela atau Juri atau Saksi atau Penonton yang biasanya bikin sidang ricuh dan bersorak Huuuuhuuuu....
“kamu itu pergi-pergi tidak cabut seterika, dicolok terus. Apami kalau tadi kebakaran? Habis mi ini rumah sementara tantemu di bawah tidak tau kalau seterika di atas tidak di cabut pi. Bagaimana itu caramu? Coba mi bayangkan kalau tadi terbakar rumah ta, habis mi semua ini, dimana mi ki mau tinggal? Nanti kita pergi mi mengemis di pinggir jalan, minta dikasihani terus orang-orang hina mi ki, malu ki ini,”
Wah wah mulai deh penyakit Lebaynya mumcul, biasalah parno orang tua #someday kau pun akan merasakan beratnya derita menjadi orang tua Ni Chan, apalagi menghadapi anak kayak dirimu yang menyebalkan, sok imut dan pikun”. Akhirnya di tengah kemurkaan DAD sy jadi membayangkan kronologis tuntutan ini, kalau di sketsakan mungkin jadinya kayak gini kali (liat gambar bawah).
“terus itu di lantai 2, eh ehe itu kayak kapal pecah, kenapa cuciannya belum beres-beres. Saya masuk semua kamarnya tidak ada yang beres. Tempat tidurnya berantakan, eh pakaiannya dimana-mana, ada lagi baju kotor nampang di depan wc mu. Dua-duanya begitu, kalau pagi-pagi bangun bersihkan tempat tidur, pakaian masukkan keranjang cuci, gosok wc, dan bla...bla..bla...” lupa lagi apa yang dituduhkan DAD ke diriku yang tak berdosa ini #aslinya tidak mengaku berdosa hihihi#.
Wah fitnes iki, eh salah Fitnah lebih heboh daripada agnes monica. “Sapa yang berkata demikian? tempat tidurnya sudah rapi, hanya ada boneka yang tidak tau atur posisinya sendiri #ngelesss# masalah pakaian wah kayaknya itu efek buru-buru tadi, lagian itu pakaian kotor nanti juga dibereskan,”pembelaan diriku dengan tampak masih cool, sambil mengerlingkan mata “ting..” kayak bang Jaja Miharja.
“alah itu jangan banyak alasan, itu namanya K.E.M.A.L.A.S.A.N. #ditekan, di tulis pake spidol paling besar, di garis merah trus di Stabilo, masih ingin ko???# bagaimana kalau kamu sudah berumah tangga yang punya banyak urusan dan hal-hal lain yang harus dipikirkan dan bla..bla..bla..” di sensor karena ini ujung-ujungnya petuah bagaimana menghadapi kehidupan bahterah rumah tangga yang pasang surut, ceile...#sebenarnya tujuannya bagus, tapi dasar anak madoraka tidak bisa di kasih tau, bikin kesal melulu, maafkan diriku#. Maunya ku jadi si Omes dalam iklan XL nya dan bilang “Ciyus....Miyapa?” hehehehe
Lucunya dalam kemurkahan DAD ini, si MOM yang tadinya cuman jadi penonton tiba-tiba jadi rusuh, pasalnya kalau DAD marah selalu ada kalimat yang terulang-ulang, namanya orang marah yah terserah dia lah. Terjadilah pembicaraan kayak gini:
DAD   : “coba bayangkan kalau rumah ini terbakar, mau tinggal dimana kita, malu ini-malu. Apa kita harus mengemis di jalanan?”
MOM dengan santai dan nada datar menanggapi, meski bukan dia yang ditanya #yang ditanya pura-pura gila, it’s ME# : “yah tidak akan malu juga, makanya jangan pergi minta-minta di jalanan”.
Masih mengomel, tidak peduli comment MOM : “itu juga baju kotormu, kalau memang belum mau dicuci jangan dipamerkan di depan pintu WC, kasih masuk kek dikeranjang cucianmu!”
Lagi-lagi MOM comment (kayak di FB, biasa yg penting ikut koment status org biar eksis) : “iya kalau tidak ada keranjang cucian mu lempar saja di keranjang sampah dekat mesin cuci sana”.
 Pada puncaknya tapi belum klimaks selaku Tertuduh diriku cuman bisa manggut-manggut apa lagi DAD dah bilang “kalau melakukan sesuatu dan mau kemana-mana ingat Allah dong”, tidak ada perdebatan lagi (1. Menyangkut Allah swt dan 2. Nambah dosa berdebat ma ORTU).
Tapi pembaca sekalian apakah klimaks dari ini semua? Apakah diriku akan murung dan mengurung diri merenungi dosa dan khilafku? Atau.... hal lain terjadi. Si DAD masih ngomel terus “jangan suka jajan di luar rumah, makan saja yang ada di rumah, dasar anak-anak tidak tau susah” tegurnya saat melihatku ke luar rumah. Siapa juga yang mau beli bakso dan kawan-kawan, orang mau beli pulsa, ceile sensi nie #ini dalam hati loh, takut kualat#. Eh tau-tau dirinya (DAD) yang keluar rumah katanya mau beli air gelas 2 dos.
Pembaca yang sabar, endingnya ini tidak terduga, si DAD pulang-pulang bawa 2 bungkus Martabak Telor yang Istimewa. Maka dipanggilnya 2 biji eh bukan 2 orang PUTRI Manisnya #sok manis# untuk makan martabak... “hore...seru juga setalah diSIDAK dan diSIDANG tanpa pengacara kita diberi makan martabak, segera ku sambut dengan suka cita dan membuat segelas MILO Hangat, wah nikmatnya hidup kalau begini, tau saja kalau diriku Lapar”.


Terima kasih yah my DAD, selalu menjaga dan menyadari bahwa kini putrinya bukan anak-anak lagi meski kelakuan masih minus signifikan dengan ke-Pikunan putrinya yang kadang akut, tapi jauh dari itu semua tidak ada orang tua yang memarahi anaknya karena benci, semuanya adalah bentuk CINTAnya yang diungkapkan dengan cara yang kadang si anak tidak bisa mengerti.
Terima kasih untuk moment belajarnya hari ini. Semoga Allah swt selalu Menjagamu dan meRidhoi segala upayamu dalam menjaga Keluarga Kecilmu ini, Amin.


Lihat Kebunku

Assalamu Alaikum wr.wb
pembaca sekalian yang baik hati, tau kebun? pernah berkebun? apa saja yang di tanaman? pasti jawabnya macam-macam. ada yang bilang sayur, buah, bunga mungkin juga obat. ada yang untuk dimakan sendiri, dijual, menyalurkan hobi, refreshing dll.

Mari Berkebun ini adalah salah satu bagian dari rumah ku yang sedang anda kunjungi ini. Di space ini semua berkisah tentang catatan harian ku, entah itu senang, sedih, susah, haru dll. Ibarat orang berkebun semuanya ingin saya tanam di sini dan Insya Allah berharap ada buah/hikmah yang bisa dipetik dari catatan ku yang sedikit Curcol ini.

Jangan pernah takut kotor dan gagal berkebun semua jika bersabar pasti bisa. Jangan pernah malu untuk menkisahkan hidupmu, setiap yang kita lalui adalah sebuah proses belajar yang tiada henti ketika kita selalu berpikir dan menyelami apa yang bisa kita petik.

Selamat Membaca
Arigatto....
Jazakumullah Khairan

Minggu, 14 Oktober 2012

Catatan dari Seminar Muslimah Makassar (1)


Catatan jendela rumahku kali ini berawal dari sebuah  Seminar Muslimah yang diselenggarakan oleh Al-Qur’an Lover’s Community (QLC).
Aula Hasanuddin , LAN Antang-Makassar  pada Ahad, 14 Oktober 2012

Pagi ini tidak seperti weekend lainnya, kalau kemarin weekend berlalu dengan acara bersih-bersih rumah, mencuci dan juga berkeliling kota ataupun berkumpul bersama keluarga tapi Ahad ini ada sesuatu yang istimewa. Setalah bergelut dengan seluruh aktivitas yang didominasi ke-duniawian maka keputusan untuk memilih melajukan kendaraan ke arah Antang bukanlah keputusan yang salah, jika tidak berlebihan boleh saya berkata Luar Biasa, Masya Allah.
Berawal dari sebuah undangan yang diposting salah satu sahabat (Ukhti fillah) di Facebook, lalu dengan berbagai toleransi akan waktu yang selalu saja bergelut dengan kesibukan-kesibukan yang seakan membuat larut sehingga tidak ada lagi waktu untuk memberi makanan jiwa ini. Saya mulai merencanakan utnuk memenuhi undangannya tersebut, membereskan beberapa pekerjaan sebelumnya, memenuhi beberapa panggilan lainnya lebih awal agar semuanya tidak terabaikan, bukankah memenuhi undangan jika kita memang tidak ada halangan berarti adalah sebuah ibadah. Satu masalah lagi, mau naik kendaraan apa ke sana? Tempat saya tinggal berada di Sungguminasa kab.Gowa sementara undangan bertempat di Antang-Makassar, tapi satu yang selalu mengusik nurani saya adalah ketika itu sebuah kebaikan maka Insya Allah ada jalan yang terbaik dan memang semua butuh kesabaran serta pengorbanan. Alhamdulillah adik saya akhirnya berkenan untuk mengantarkan ke sana karena dia pun antusias untuk menghadiri undangan seminar tersebut, terlebih lagi dia hanya perlu mengantar tidak usah memikirkan tiketnya.

foto 1. Nur Husnaeni Thamrin, adik manis yang menemani seminar hari ini 


Maka di hari Ahad yang ceria ini kami bersiap-siap sejak azan subuh berkumandang, menyeterika pakaian, menyiapkan catatan dan jangan lupa perlengkapan sholat juga kamera serta buku-buku hasil karya sang Pemateri nanti. Semoga semua yang kami lakukan hari ini memberikan manfaat yang banyak dan di berkahi Allah swt, bismillah motor pun melaju membelah jalan kota sungguminasa menuju Makassar. Pagi yang sejuk dan semua begitu damai tanpa kemacetan seperti hari-hari kemarin.

Untuk saat ini saya baru memiliki dan menamatkan 2 buku karya beliau (OSD) dan hari ini saya membawanya untuk meminta tanda tangan beliau, semoga dapat sebagai kenang-kenangan, juga motivasi untuk selalu memicu diri semoga bisa membuat karya seperti beliau. (foto 2. sebelah kanan, koleksi buku OSD ku).

Akhirnya tiba juga di LAN Antang, bergegas registrasi karena kami belum booking tiket takut tidak sempat datang. Jeng....jreng...inilah tiket itu, see...


 Foto 3. tiket seminar 
yah kami akan menghadiri sebuah Undangan Seminar Muslimah dengan Pemateri Oki Setiana Dewi (OSD) pemain film Ketika Cinta Bertasbih dan penulis buku best seller serta Nafisah M. Ikhwan seorang ukhti yang masih remaja namun memiliki prestasi yang Masya Allah luar biasa, jika remaja seusianya masih sibuk hura-hura, beliau sudah melarutkan dirinya dalam kegiatan dakwah dan mengisi hari-harinya dengan meghafal al-qur’an, Subhanallah.
Awal acara dimulai dengan nasyid oleh adik-adik cilik (eh rupanya ada ponakanku di situ, anaknya Udztad Usman Laba, Masya Allah kecil-kecil cabe rawit), acara opening dengan MC yang interaktif, pembacaan ayat suci al-qur’an dan tarjim (terjemahannya), sambutan ketua panitia Sobat saya Ukhti Andi Susilawati (Uchi) yang baru saja menyelesaikan Magisternya (Congrat yah ukhti, saya akan menyusulmu) serta sambutan dari bidang Kewanitaan SUL-SEL (Ibu Titin, MM) dan yang paling amazing puisi yang dibacakan bergantian oleh panitian yang pada bait terakhirnya di tutup oleh penampilan Oki Setiana Dewi, maka seluruh ruangpun riuh ramai dengan decak kagum para peserta. Masya Allah OSD yang anggun dan terpancar aura kebersahajaannya.
OSD memulai materi “Be The Smart and Inspiring Women With Qur’an”. Ada beberapa hal yang menjadi catatan saya. Mulai dari pribadi OSD sendiri (saya memang senang memperhatikan segala hal tentang pembicara, siapa pun karena belajar bukan cuma dari perkataannya tetapi tampilan dan body language-nya).
Catatan pertama saya tentang OSD : orangnya luwes, anggun, tutur katanya seakan berirama seakan pendengar selalu ingin mendengar kalimat selanjutnya (ini yang disebut kemampuan berbicara di depan banyak orang), interaktif, selalu melibatkan peserta dalam sesi pembicaraannya sehingga tidak terkesan menggurui, tidak selalu terpaku pada slide (kata seorang profesorku, tidak seperti orang baca koran datar dan selalu tertuju pada konsep) dan yang terakhir keistiqomahannya dalam berlibab selalu saja mengagumkan. Fisikly, saya tidak berani komentar jauh karena semua ciptaan Allah telah diciptakan dalam bentuk yang sesempurna mungkin, tapi jika saya boleh bilang beliau manis dan yang utama auranya begitu positif, dugaan saya itulah wujud dari kebaikan dan keinginan yang tidak hentinya untuk berbuat baik pada diri sendiri, sesama serta ketaatan pada Allah swt. Semoga kebaikan selalu menyertainya, ingin sekali rasanya bersahabat dengan beliau. Silahkan pembaca menilai sendiri orangnya.


 foto 4. Oki Setiana Dewi interaktif berasama peserta seminar, sedikit lebih dekat dengan posisi kami duduk (14/10/2012)

Sebuah doa terucap dari bibir Ukhti Oki Setiana Dewi, doa yang juga diajarkan oleh para udztad saya sewaktu dipondok dulu, bunyinya seperti ini:
Bismillahirrahmanirrahim. Rabbi srahlii wayasirlii amri, wahlul ukhdatan millisani yafkahu kauuli” (sekiranya saya keliru tolong dibenarkan penulisannya).
Doa yang diucapkan nabi Musa AS., saat mengahadapi raja Firaun, agar dipermudah urusannya. Doa ini diajarkan oleh udztad saya dengan pesan setiap akan memulai sebuah pembicaraan utamanya menhadapi orang-orang besar/petinggi, membawakan materi didepan banyak orang dan menginginkan setiap maksudnya tersampaikan dan diterima dengan baik oleh pendengarnya maka bacalah doa ini.

Memasuki materi sebagai catatan kedua saya tentang OSD, juga ada beberapa pembahasan yang saya garis bawahi serta coba paparkan dengan proses menganalisis sesuai apa yang saya pernah pelajari. OSD berkata “ bertemanlah dengan siapapun (napi, waria, gay, lesbi dll) agar kita mampu mengenal mereka lebih jauh sehingga tidak mudah bagi kita menjudge mereka  dengan kata buruk,” dari perkataan itu saya jadi teringan pada pelajaran saya yang lampau bahwa manusia dilahirkan pada fitrahnya yaitu suci dan telah dititipkan pada nuraninya setetes sifat-sifat yang baik hanya saja beberapa dinamika kehidupan membuatnya berubah haluan. “kita tidak akan pernah tau bagaimana mereka bisa memilih untuk hidup seperti itu jika kita tidak pernah tau dan tidak mau tau akan latar belakang mereka,” sambung beliau, saya mangguk-mangguk membenarkan dalam hati kemudian teringat lagi pada sebuah diskusi dengan seorang akhi saya yang sekarang berada di kota Bogor. Akhi itu bercerita bagaimana kerasanya kehidupan ibu kota Jakarta, karena beliau sebelum mendapat pekerjaan di Bogor mendatangi Jakarta untuk merantau. Bagaimana para orang-orang jalanan melewati harinya, para pendatang dan penduduk asli yang tidak terarahkan dengan baik serta tidak mumpuni dari segi skill semua mencoba mengais rejeki dengan berbagai cara baik halal maupun haram di jalanan.

Akhi itu kemudian bercerita lagi bagaimana kehidupan waria dan para PSK (pekerja seks komersial) atau yang disebut wanita malam/kupu-kupu malam bertahan hidup ditengah desakan kebutuhan ekonomi, “mereka punya tanggungan di rumahnya, mereka harus berusaha untuk tetap bertahan hidup, sementara pendidikan mereka tidak lagi sesuai dengan tututan lowongan kerja saat ini, skill tidak ada, beberapa masalah dalam keluarga (broken home, orang tua yang kasar (KDRT), ataupun pelecehan), sementara kamu,kita dan orang-orang hebat di luar sana tidak mau tau masalah seperti itu dan hanya bisa menyalahkan mengapa mereka bekerja seperti itu, apalagi orang-orang yang masih beruntung seperti kamu yang masih punya orang tua yang masih sanggup membiayai pendidikan dan kehidupanmu,” kata akhi itu dengan lantang membuat saya sedikit tersinggung. “lantas bagaimana dengan sisi kehidupan spiritualnya, di mana keimanan dan ketaatan pada Tuhan mereka letakkan? Bukankah agama mampu membentengi tindakan seperti itu?,”tanyaku padanya dengan nada sedikit ketus. “kehidupan tidak segampang itu, kata-kata seperti itu hanya dengan mudah dikatakan oleh orang-orang yang memiliki kehidupan yang beruntung dan tidak mengenal kata tidak bisa makan untuk beberapa hari. Bagi mereka yang selalu saja terhimpin oleh beban ekonomi itu bukan hal terpenting, mencari uang untuk sesuap nasi hari ini sudah lebih dari cukup, sistem pendidikan kita yang selalu saja berorientasi pada uang, semua hanya berbicara masalah uang dan pemerintahan yang acuh akan kehidupan rakyat pinggiran membuat semuanya jadi semakin sulit. Pertama kali saya merantau ke Jakarta saya sampai tidur di jalanan 1 minggu dan tidak bisa makan 3 hari, tidak ada lowongan kerja yang sesuai dengan ijazah saya, semua mata memandang curiga sementara lambung semakin hari semakin perih karena harus terisi, begitu hujan kebasahan, panas seperti menembus kulit jadi bagaimana harus berpikir jernih? Dikepala yang ada Cuma bagaimana bertahan hidup, maka jangan salahkan mereka yang mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhannya. Sekali lagi kelaparan dan kemiskinan dekat pada ke kufuran, jangan lupa hidup itu keras dan tidak mudah sister,” terangnya panjang lebar, saya hanya diam dan mulai membenarkan yah kehidupan yang terpuruk ditambah ketiadaannya orang-orang yang mampu mengingatkan akan berujung pada “jalan yang salah” bahkan anarkis.


“jangan terlalu mudah menuduh orang lain karena tidak semua yang mereka alami kamu ketahui latar belakangnya, terlalu banyak orang pintar hanya bisanya menyalahkan, mencurigai dan merendahkan tapi tidak banyak yang mau memahami dan peduli mengapa mereka begitu dan berusaha membantunya untuk bangkit dari keterpurukan, anda orang cerdas yang tidak sepatutnya memiliki pandangan yang sempit untuk hal-hal yang demikian dan jangan mudah dzuudson sister,” nasehatnya kemudian menutup pembicaraannya. Astagfirullah wa Subhanallah, sekali lagi saya merasakan sesak seakan dada ini dipenuhi beban, lagi-lagi saya tersinggung tapi kali ini bukan dalam artian negatif sisi egois dan sosialis saya terusik, saya malu dengan perkataan sobat saya tadi.

Kembali pada materi OSD, beliau memperlihatkan beberapa foto-fotonya dengan beberapa Napi di sebuah Lapas terlihat beliau mengajar para napi dan beberapa ada yang terlihat sedang mencurahkan isi hatinya, menurut beliau para napi itu merasa seperti orang yang tidak berguna karena pandangan masyarakat yang tidak mau memberikan mereka ruang untuk memperbaiki diri. Bahkan beliau memperlihatkan 2 buah fotonya bersama para waria (banci) yang akhirnya ingin memperbaiki diri setelah dengan kesabaran dan ketekunan OSD mengajaknya untuk berbicara dan berbagi tentang kehidupan. OSD berkata “ jadilah orang yang menyenangkan bagi mereka dan orang yang membuat mereka nyaman sehingga mereka menyambut kita dengan baik dan berkenan untuk berbagi kisah hidupnya. Mulai dengan mendengarkan apa yang mereka telah alami, apa yang menjadi background mereka memilih kehidupan seperti ini tanpa berusaha memaksa dan menggurui dan tetap tunjukkan pada mereka bahwa kita tetap teguh dalam kebaikan melaksananakan ibadah,” yang saya tangkap disini adalah ketika kita mendekati mereka kita harus tetap teguh memperlihatkan bahwa apa yang saya jalani, apa yang saya laksanakan adalah sebuah kebaikan yang membuat saya tentram dan bahagia tanpa memaksa mereka untuk berbuat hal yang sama dengan apa yang kita lakukan. Semua butuh proses, tapi tetaplah berusaha dala keteguhan keimanan. “satunya kata dengan perbuatan” bukankah Allah swt membenci orang-orang yang hanya mampu menggurui dalam katanya namun tidak menjadi tauladan pada perilakunya? (proses ini yang coba kita jalani semoga tidak ada “ketersesatan” bagi saya dan pandangan yang “miring” tentang apa yang saya usahakan pada tulisan ini).


Lebih lanjut OSD berkata “ pada suatu titik mereka (para waria) akhirnya mulai menemui celah untuk titik balik kefitrahanya pada saat saya bertanya: sampai kapan mau seperti ini?,saat itupun mereka menjawab: sebenarnya kami juga lelah dengan kehidupan seperti ini kami ingin memperbaiki diri mbak, terima kasih mau berteman dengan kami dan mau mendengarkan cerita kami.” Singkat cerita akhirnya para waria pun mengucap dua kalimat syahadat dan bersedia melaksanakan ibadah sholat dengan meminta bantuan ukhti Oki Setiana Dewi. Namun perjuangan untuk menegakkan agama Allah swt tidak langsung berakhir karena ada kemungkinan mereka untuk kembali, maka ukhti OSD mengharapkan agar kita sekalian ummat muslim khususnya para muslimah berkenan untuk saling membantu dan mengingatkan, jangan hanya orang-orang diluar agama kita yang mampu memberikan sumbangan yang selalu terorganisir dengan baik, mereka saling menyejahterkan bahkan akhirnya membuat beberapa muslim berpindah “haluan” keyakinan, Astagfirullah haladzim. Luar biasa tak ada hati yang akan mengeras seperti batu jika kita selalu berusaha mendekatinya dengan keramahan, kelembutan dan keteguhan iman. Senantiasa meminta bantuan pada Allah dan berlindung dari segala kejahatan hanya padaNya. Ingat kata pepatah batu yang keras pun akan berlubang bahkan hancur jika setiap hari ditetesi oleh air, ini memberikan akan hati yang akan menjadi lunak bila selalu ditetesi dengan kebaikan yang bukan hanya berakhir pada kata tapi juga perbuatan. “Segala sesuatu berproses, tidak ada yang instan,” pesan ukhti OSD.

Hal lain yang saya garis bawahi adalah perkataan ukhti OSD  saat berbicara tentang bagaimana muslimah dengan pasangannya, beliau berkata “carilah laik-laki yang pandai/cerdas. Mengapa? Karena laki-laki yang pandai/cerdas bersifat baik dan akan selalu menyadari kewajibannya yaitu kewajiban untuk menarik/menuntun wanita/pasanganya (istrinya) menuju ridha Allah swt.” Saya mencoba memahami bahwa kehidupan senantiasa ditujukan untuk mencari Ridho Allah dan muslimah/wanita yang nantinya akan membina kehidupan rumah tangga hendaknya mencari pendamping yang tidak hanya baik agamannya tapi juga memiliki kecerdasan dunia karena dengan bekal itu ia mampu memberikan kebaikan dunia-akhirat pada istrinya sehingga sang istri akan senantiasa taat pada Allah juga pada suaminya “Arrijalu kawwamuna alannisa” laki-laki merupakan pemimpin bagi perempuan. “ingat, wanita yang telah bersuami surganya berada di bawah telapak kaki suaminya,” kata OSD sembari tersenyum manis.




Sampai disini dulu catatan jendela rumahku untuk sesi ini. Catatan dari Seminar Muslimah Makassar (1) akan bersambung di sesi (2), yang akan melanjutkan materi ukhti OSD dan materi ukhti Nafisah M.Ikhwan. Semoga diberi kelapangan untuk melanjutkannya, amin.

 “berTEMANlah dengan semua lapisan dan tipe manusia agar kita dapat belajar bermacam-macam karakter, tapi berSAHABAT hanya untuk orang-orang yang terBAIK”
“sesungguhnya sahabat yang terbaik adalah yang selalu mengajakmu kepada kebaikan dan mengingatkanmu mana kala kau tersesat.”

Syukran untuk ukhti Andi Susilawati atas informasinya, jazakumullah khairan...

 Ukhti OSD bersama Ukhti Andi Susilawati